Malam-malam telah kuhabiskan untuk terjaga
Saat ini musim FP (Final Project). Tak satupun manusia Informatika dapat menikmati tidur tenangnya, termasuk juga aku. Ada banyak hal yang harus kupikirkan, termasuk Ibu.
Bunda, satu setengah tahun lamanya aku berdiri disini bersama kawan-kawan. menghabiskan umur dan waktuku melebur bersama syntax-syntax yang saling kronologis. Mulai dari tingkat dasar yang serba hitam putih, sampai berbentuk warna-warni hingga melibatkan data dan objek. ah apapun namanya, itu tidak mudah
Bunda, masih ingat tidakkah dahulu tatkala aku baru pertama kali masuk disini? begitu galau dan gundah diriku. Aku menghabiskan waktu setahunku dengan sia-sia. Aku terlalu meresapi kesedihan, Bunda. dan aku masih sulit belajar arti sebuah keikhlasan, saat kita dalam kegagalan. Aku sadari itu, Bunda.
mereka, teman-teman belajar saat setiap malamnya. sedangkan aku, hanya mengisi waktuku dengan persiapan snmptn selanjutnya. Aku masih ingat itu, Bunda.
Hingga suatu hari aku tersadar. itu semua sia-sia. Aku berubah, Bunda. Aku berubah. Sejak kutemui seseorang yang menginspirasiku, aku bercermin dan mulai menata semuanya yang telah kurobohkan beberapa tahun lalu. Aku mulai membangun pondasi semangatku pada setiap waktu. Kusebut nama Bunda sebelum dan sesudah pelajaran. Dan Kubayangkan wajahBunda saat kupanjatkan doa seusai shalat. dan tiap detik nafasku, aku berdoa agar aku bisa bertahan disini dan berubah
Tidak hanya Doa dan Niat, Bunda. Aku melakukan usahaku. Aku mulai membaca-baca beberapa literatur yang sekiranya bisa membantuku dalam perkuliahan. Ini tidak pernah kulakukan sebelumnya, Bunda. Aku mencoba beberapa syntax dalam malam-malamku. Walau sendiri, tetapi Pasti. Aku tidak ingin, Bunda, menunggu mereka usai lalu aku mengerjakannya. Aku harus bisa mandiri bunda. Aku tidak bisa secara terus menerus ketergantungan pada para dewa. Aku harus bisa sendiri, walau pedih rasanya. dan aku lelah Bunda menjadi seorang yang tertinggal, Aku juga ingin seperti mereka, kawan-kawanku..
dan nilai 90 Pemrograman untuk Bunda :'
Ini yang terjadi, setengah tahun berlalu, Bunda. Kupanjatkan doa agar senantiasa mudah dan dapat membahagiakan Bunda, Ayah, dan teman-teman.
Aku sudah mencintai Informatika kini... dan seisinya
Kepulanganku pun selalu malam, bahkan mendekati dini hari. Aku tahu bunda sangat hawatir kepadaku. Bunda juga tidak berkenan jika aku terus seperti ini. Walau, ini semua terjadi karena kesibukan dan jadwal yang begitu padat, disamping perananku yang amat begitu besar di Organisasi Fakultas
Bunda selalu mengingatkanku tiap hari. Bunda selalu berpesan "Jangan Nakal ya nak, sekali kamu ketahuan Berbohong, kamu harus berhenti kuliah...". Hampir setiap hari Bunda. dan beribu-ribu bahkan tak hingga aku menjelaskan kepada Bunda. Aku benar-benar serius menimba ilmu disini Bunda. Ini juga untuk Bunda, dan untuk semua
Namun aku bingung. Mengapa Bunda tidak pernah mempercayaiku. harus bagaimanakah diriku Bunda? Mengapa Bunda lebih percaya desas desus anak ITS yang selalu pulang malam. Mengapa Bunda mengiyakan contoh-contoh buruk yang ada disekita. dan mengapa Bunda harus menyamakan saya dengan contoh tersebut. Bunda aku tidak sama
Tidak dapatkah Bunda, percaya sekali saja...
Larut Malam aku pulang dan dengan kelelahan seusai pelbagai Asistensi dan Praktikum. lalu berlum ditambah rapat sana sini yang menyibukkanku. Tapi Bunda menyambuhtku dengan amarah
Hingga suatu ketika, Bunda marah padaku dan berkata "Atau bagaimana bila kamu seperti tolhas, yang keluar dari ITS. dan memilih jurusan yang tidak pulang malam dan kamu bisa berfikir sendiri". Mungkin ini sesekali. tapi ternyata tidak. Bunda mengatakan berulang-ulang kali. "Bagaimana Yu, bila kamu pindah kuliah saja" atau "Sudahlah, kamu Pindah Kuliah saja, keluar dari ITS"
Malam hari pun kuhabiskan waktu untuk menangisi kesedihanku, Bunda. aku bimbang Bunda, aku tidak ingin menyerah begitu saja. aku tidak ingin meninggalkan kampusku tercinta ini. apalagi bila harus pergi begitu saja, tanpa ingat betapa susahnya ketika memulai. namun, aku juga punya keterbatasan Bunda. Aku juga bisa lelah dengan semua ini. Bunda yang takkunjung marah dan curiga serta tekanan dari kampus yang menyodorkan banyak tugas. keduanya saling tidak mau tahu
sekarang,... adalah titik-titik yang mendebarkanku. Ini adalah akhir Semester 3 Bunda...
aku membayangkan, bagaimana nanti, diriku, setelah ini
Apakah aku harus memperjuangkan semua ini dan tetap bersekolah disini, karna tidak mudah Bunda, untuk menghancurkan semua yang telah kutata. Ataukah, mengikhlaskan diri dengan mengikuti kata Bunda walau mungkin sangat pedih rasanya
Dari sekian kegelisahanku, hanya ada satu pertanyaan dalam setiap air mata malam-malamku
Haruskah berhenti sampai disini, Bunda?
Harusskah ?
1 comment:
I know what you mean, yu'.. sometimes all of us face this condition with our moms. They don't realise that we're growing up. That's why sometimes I think that live far from home (misal, ngekost) is not bad idea. :)
Post a Comment