ada banyak rasa saat coding. ada keringat dan air mata dalam mencoding. keringat saat kau berusaha menyelami makna dalam setiap ilmu coding. dan air mata disaat tiada orang yang dapat membantumu, ketika program dalam keaadaan bugging. apapun rasa dalam mencoding. cobalah untuk mengerjakan sendiri. sampai kau bisa. dan benar-benar bisa.

Saturday 19 January 2013

Sabarlah Dalam Penantian




















Menanti itu bukanlah satu penyiksaan...
Menanti itu juga bukan satu beban...
Jika kita menantinya dengan ikhlas...

Sesungguhnya ALLAH sengaja menguji kita dengan melambatkan sesuatu yang kita dambakan...

Sebenarnya ALLAH telah mengatur sesuatu yang lebih baik untuk kita yang sedang menanti...

Menantilah dengan penuh kesabaran...
Menantilah dengan penuh keimanan...

Karena InsyaAllah,

Akhir dari penantian itu adalah kebahagiaan...
Jangan pernah berhenti berdo’a dan meminta...
Karena ALLAH lah yang Maha Memberi...
Tetaplah menanti dengan sabar jawabanNYA...
Kerana janji ALLAH itu BENAR... YAKINLAH...

Berjanjilah


Wednesday 2 January 2013

Haruskah Berhenti Sampai Disini


Malam-malam telah kuhabiskan untuk terjaga

Saat ini musim FP (Final Project). Tak satupun manusia Informatika dapat menikmati tidur tenangnya, termasuk juga aku. Ada banyak hal yang harus kupikirkan, termasuk Ibu.

Bunda, satu setengah tahun lamanya aku berdiri disini bersama kawan-kawan. menghabiskan umur dan waktuku melebur bersama syntax-syntax yang saling kronologis. Mulai dari  tingkat dasar yang serba hitam putih, sampai berbentuk warna-warni hingga melibatkan data dan objek. ah apapun namanya, itu tidak mudah

Bunda, masih ingat tidakkah dahulu tatkala aku baru pertama kali masuk disini? begitu galau dan gundah diriku. Aku menghabiskan waktu setahunku dengan sia-sia. Aku terlalu meresapi kesedihan, Bunda. dan aku masih sulit belajar arti sebuah keikhlasan, saat kita dalam kegagalan. Aku sadari itu, Bunda.

mereka, teman-teman belajar  saat setiap malamnya. sedangkan aku, hanya mengisi waktuku dengan persiapan snmptn selanjutnya. Aku masih ingat itu, Bunda.

Hingga suatu hari aku tersadar. itu semua sia-sia. Aku berubah, Bunda. Aku berubah. Sejak kutemui seseorang yang menginspirasiku, aku bercermin dan mulai menata semuanya yang telah kurobohkan beberapa tahun lalu. Aku mulai membangun pondasi semangatku pada setiap waktu. Kusebut nama Bunda sebelum dan sesudah pelajaran. Dan Kubayangkan wajahBunda saat kupanjatkan doa seusai shalat. dan tiap detik nafasku, aku berdoa agar aku bisa bertahan disini dan berubah

Tidak hanya Doa dan Niat, Bunda. Aku melakukan usahaku. Aku mulai membaca-baca beberapa literatur yang sekiranya bisa membantuku dalam perkuliahan. Ini tidak pernah kulakukan sebelumnya, Bunda. Aku mencoba beberapa syntax dalam malam-malamku. Walau sendiri, tetapi Pasti. Aku tidak ingin, Bunda, menunggu mereka usai lalu aku mengerjakannya. Aku harus bisa mandiri bunda. Aku tidak bisa secara terus menerus ketergantungan pada para dewa. Aku harus bisa sendiri, walau pedih rasanya. dan aku lelah Bunda menjadi seorang yang tertinggal, Aku juga ingin seperti mereka, kawan-kawanku..

dan nilai 90 Pemrograman untuk Bunda :'

Ini yang terjadi, setengah tahun berlalu, Bunda. Kupanjatkan doa agar senantiasa mudah dan dapat membahagiakan Bunda, Ayah, dan teman-teman.

Aku sudah mencintai Informatika kini... dan seisinya

Kepulanganku pun selalu malam, bahkan mendekati dini hari. Aku tahu bunda sangat hawatir kepadaku. Bunda juga tidak berkenan jika aku terus seperti ini. Walau, ini semua terjadi karena kesibukan dan jadwal yang begitu padat, disamping perananku yang amat begitu besar di Organisasi Fakultas

Bunda selalu mengingatkanku tiap hari. Bunda selalu berpesan "Jangan Nakal ya nak, sekali kamu ketahuan Berbohong, kamu harus berhenti kuliah...". Hampir setiap hari Bunda. dan beribu-ribu bahkan tak hingga aku menjelaskan kepada Bunda. Aku benar-benar serius menimba ilmu disini Bunda. Ini juga untuk Bunda, dan untuk semua

Namun aku bingung. Mengapa Bunda tidak pernah mempercayaiku. harus bagaimanakah diriku Bunda? Mengapa Bunda lebih percaya desas desus anak ITS yang selalu pulang malam. Mengapa Bunda mengiyakan contoh-contoh buruk yang ada disekita. dan mengapa Bunda harus menyamakan saya dengan contoh tersebut. Bunda aku tidak sama

Tidak dapatkah Bunda, percaya sekali saja...

Larut Malam aku pulang dan dengan kelelahan seusai pelbagai Asistensi dan Praktikum. lalu berlum ditambah rapat sana sini yang menyibukkanku. Tapi Bunda menyambuhtku dengan amarah

Hingga suatu ketika, Bunda marah padaku dan berkata "Atau bagaimana bila kamu seperti tolhas, yang keluar dari ITS. dan memilih jurusan yang tidak pulang malam dan kamu bisa berfikir sendiri". Mungkin ini sesekali. tapi ternyata tidak. Bunda mengatakan berulang-ulang kali. "Bagaimana Yu, bila kamu pindah kuliah saja" atau "Sudahlah, kamu Pindah Kuliah saja, keluar dari ITS"

Malam hari pun kuhabiskan waktu untuk menangisi kesedihanku, Bunda. aku bimbang Bunda, aku tidak ingin menyerah begitu saja. aku tidak ingin meninggalkan kampusku tercinta ini. apalagi bila harus pergi begitu saja, tanpa ingat betapa susahnya ketika memulai. namun, aku juga punya keterbatasan Bunda. Aku juga bisa lelah dengan semua ini. Bunda yang takkunjung marah dan curiga serta tekanan dari kampus yang menyodorkan banyak tugas. keduanya saling tidak mau tahu

sekarang,... adalah titik-titik yang mendebarkanku. Ini adalah akhir Semester 3 Bunda...

aku membayangkan, bagaimana nanti, diriku, setelah ini

Apakah aku harus memperjuangkan semua ini dan tetap bersekolah disini, karna tidak mudah Bunda, untuk menghancurkan semua yang telah kutata. Ataukah, mengikhlaskan diri dengan mengikuti kata Bunda walau mungkin sangat pedih rasanya

Dari sekian kegelisahanku, hanya ada satu pertanyaan dalam setiap air mata malam-malamku

Haruskah berhenti sampai disini, Bunda?
Harusskah ?


Tuesday 1 January 2013

Tahun pertama kuliah Galau, gak masalah lah yau

Oke. Selamat berjumpa kembali pembaca
Baik, sekarang saya akan men-share pengalaman pribadi saya setelah memasuki perkuliahan selama satu tahun lebih ini.

Memang, Tidak semua apa yang kita harapkan pasti akan sesuai apa yang kita harapkan. seperti misalnya saya. Saya diterima di sebuah perguruan tinggi negeri, tepatnya di Teknik Informatika ITS. Saya galau saat setahun pertama berada disana. Bukan di ITS nya, namun saya galau berada di Informatikanya. Disana, saya menjadi murid paling bodoh karena saya tidak bisa me-mrogram. Jangankan memulai me-mrogram, mengerti topik bahasannya pun tidak. Ya, saya memang berbeda dengan teman-teman lain yang sudah menjadi dewa, menakhlukan pemrograman. Selain itu, teman-teman yang lain, memang sudah sengaja menyelami dunia pemrograman sejak SMA, sedangkan saya tidak. Berencana untuk masuk di fakultas ini pun tidak ada, dan saya tidak tahu bahwa pada akhirnya bisa masuk di sini juga. jadi serba tidak ada persiapan. Mereka, (teman-teman) sudah menginjak start 10 maka saya baru memulainya pada angka 0.

Pada saat itu, saya galau. tidak suka pelajarannya dan semua yang ada pada informatika. Tapi, semua pemikiran ini berubah pada suatu hari, dimana saya menemukan sebuah titik kesadaran.

"Apa yang kamu lakukan jika pada saat Kerja Praktek, Bos meminta untuk dibuatkan program. Lalu kamu tidak bisa. Tidak mungkin bertanya dulu pada teman, mereka tidak ada dalam ruangan Kerja Praktekmu. Apalagi menunggu contekan. Dunia Kerja tidak ada contekan. Semuanya berjalan berdasarkan kemampuanmu"
Ya, quote ini (berdasarkan kata hati) menyadarkan saya akan betapa pentingnya berdiri dan bangkit dari kesedihan. Saya memang seding karena gagal diterima di Fakultas Kedokteran, namun bukan berarti itu semua membunuh apa yang saya dapatkan sekarang. Bukan berarti saya mati di Informatika. Saya harus hidup. Saya harus bangkit dan berlari. Tak peduli betapa jauhnya teman-teman. Saya akan tetap berlari, hingga pelarianku sudah jau meninggalkan teman-teman.

dan saya selalu ingat :
Allah mengabulkan apa yang hambanya butuhkan, bukan kepada apa yang hambanya inginkan
ini menguatkan saya. Oke, saya tidak tahu mengapa saya ada di Informatika. Tetapi percayalah bahwa Tuhan, yang Maha Kuasa punya rencana. Tuhan berhak menjalankan arah hidup kita, dan kita selaku manusia wajib menjaga dan menerima apa yang Tuhan berikan kepada kita. Itulah cara sederhana bagaimana kita bersyukur. 

Kita sering berontak. Kita tidak akan mengerti sekarang. Tapi 10-20 tahun lagi, kita akan mengatakan "oo..." , dan mengerti maksud rencana Tuhan
Percayalah, Tuhan yang Maha Kuasa menyayangimu.

Oke, kembali ke subtopik. Dulu pada pelajaran "Pemrograman Terstruktur" saya tidak pernah bisa mengerjakan soal. sekalipun. Nilai yang saya dapat selalu 0 < x < 50. Bayangkan betapa bodohnya bukan?

Semuanya itu berbalik ketika saya mengikuti kata hati dan timbulnya kesadaran diri. Kini (Tahun ketiga) nilai UTS mata kuliah "Pemrograman Berorientasi Objek" saya adalah 90.
Mungkin banyak pertanyaan. Bagaimana bisa orang seperti saya ?

jawabnya mudah,
  1. Berusahalah bangkit dari keterpurukan, kesedihan, atau apapun yang membuat Anda tidak semangat pada apa yang anda dapat sekarang
  2. Berlatihlah coding sendiri dan Jangan pernah menunggu hasil pekerjaan teman (contekan, baceman, copy-paste) program teman. Kerjakanlah sendiri sehingga kau Bisa
  3. Fokuslah pada setiap pelajaran. Dosen berbicara didepan, adalah untuk kita dengar. Bukan untuk tidur di kelas atau Bukan untuk mencaci enak tidaknya beliau mengajar. Tapi serap ilmunya 100%. ini akan memudahkanmu dalam belajar 
 
  Sudah satu tahun Terlewatkan?
tidak Masalah. Sekali lagi saya katakan tidak masalah. Tidak ada kata "terlambat"  untuk memulai sebuah kebaikan. Berubahlah dari sekarang, sebelum saatnya kamu keluar dari Bangku universitas dan harus bertempur di medan perang sesungguhnya, dunia pekerjaan. dan berlatihlah, selagi kamu masih ada kesempatan untuk belajar di bangku Universitas


Semangat Selalu,
Trimakasih sudah membaca

Penulis